Bunga
Kering Perpisahan (Review )
Saya sendiri sudah
puluhan kali melihat film Indonesia, tetapi film yang saya pernah lihat ini begitu berkesan
yaitu,’’Bunga Kering Perpisahan,salah satu karya Hanung Bramantyo.Sebuah film
yang diangkat dari kumpulan puisi ESAY Denny JA.
Film pendek yang
berdurasi sekitar 43 menit itu, berkisah tentang hubungan beda agama antara
Dewi,seorang muslimah dan Albert anak pendeta.
Kisah cinta berbeda
agama yang berawal dari pertemanan sejak kecil hingga kisah asmara yang tumbuh
saat di kampus bersama. Gejolak cinta kawula muda yang masih labil. Sebenarnya
perbedaan itu jelaslah harga mati bagi Dewi serta keluarganya terutama ayahnya
yang seorang penganut ajaran agama yang taat. Bagi umat Islam dan juga bagi
saya yang juga seorang muslimah, sebenarnya sudah tertulis jelas di dalam Al
Quran,’’Ia (Allah ) yang menciptakan
bagimu pasangan dari jenis kamu sendiri,’’(QS Ar Rum ayat 21). Dewipun
menyadari kesalahannya.
Akhirnya Dewi menikah
dengan kekasih pilihan orang tuanya yaitu joko. Joko adalah seorang yang alim
dan taat beragama pula. Kehidupan mereka biasa saja hingga berlangsung 9 tahun.
Di tahun ke 9, Joko malah sakit berkepanjangan dan akhirnya menghembuskan nafas
terakhirnya.
Di tengah
kesendiriannya menjadi seorang janda, Ia mulai membuka kotak kecil berisi bunga
mawar kering, pemberian Albert.Dewipun mencoba mengirimkan bunga mawar kering
tersebut ke rumah Albert.Jawaban yang ditunggupun tak kunjung datang, Dewi
mulai gelisah. Begitu syoknya Ia saat Ibu Albert bertandang ke rumahnys dan
memberitahu bahwa Albert telah meninggal dunia di sebuah gunung serta
dimakamkan pula disana.Surat terakhir dari Albert sebelum pendakian terakhir
dibaca lirih dengan tangan gemetar.Tak kuasa hati Dewi menjerit tetapi apalah
daya?
Karya ini sangat
menajubkan bagi saya dan mungkin banyak
orang yang sudah membaca serta melihat film ini. Denni JA sendiri pandai melihat pengalaman hidup yang banyak
terjadi di sekitar kita. Bisa jadi cinta beda agama ini masih saja terjadi di
Indonesia. Bukan hanya agama saja, tetapi juga bibit, bebet serta bobot yang masih menjadi harga mutlak perjuangan
menuju pernikahan. Berbahagialah mereka yang menikah beda agama akhirnya bisa
hidup bahagia tetapi mayoritas cinta beda agama harus berakhir tragis.Pilihan
sebenarnya ada di tangan kita sendiri, oleh karena itu kenalilah teman dekatmu
dulu sebelum akhirnya kamu benar benar
menaruh hatimu padanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar